Orang bisa kaya tanpa harta,
dihormati tanpa famili dan kerabat,
mendapatkan kewibawaan tanpa kekuasaan,
semua dengan menghindari maksiat.
Agama menyuruh manusia kepada kebajikan dan memerangi keburukan. Agama menerangkan, mengikuti hawa nafsu adalah awal dari segala keburukan itu. Penurutan terhadap hawa nafsu, dapat menjerumuskan manusia dalam pengambilan terhadap hak orang lain dan melalaikan kewajiban yang kita miliki.
Eksploitasi kekayaan termasuk hawa nafsu. Ia merupakan hawa nafsu untuk menimbun harta, yang mungkin saja dapat membuat kita tak memberikan hak orang lain, dan lalai dalam kekayaan tersebut.
Keinginan penghormatan dari famili dan kerabat merupakan bentuk hawa nafsu dari cinta akan diri.
Keinginan akan kewibawaan merupakan hawa nafsu kekuasaan, perasaan bahwa dirilah yang paling layak untuk ditaati, dan semuanya berada di bawah kendali atau kaki kita.
Kekayaan, penghormatan dan kewibawaan yang didapatkan dari hawa nafsu merupakan awal dari petaka. Sebab semua hal tersebut dilandasi oleh hawa nafsu, yang sifat keberlangsungannya tidaklah lama, sangat terbatas. Harta dapat hilang seketika, kerabat dan famili dapat meninggal atau menjadi orang asing, dan kekuasaan kapan saja dapat lepas dari tangan kita.
Ketenangan dan kepuasan adalah rumus kebahagiaan.
Ketenangan dan kepuasan ini hadir ketika kita tak lagi memiliki keinginan/hawa nafsu terhadap berbagai hal materiel di alam. Segala materi hanya menjadi jalan untuk sampai pada tujuan yang lebih tinggi ikatan terhadap materi.
Ketenangan dan kepuasan hanya datang dari ketaatan terhadap yang satu (Tauhid). Syariat yang diturunkan melalui jalan kenabian, adalah jalur pembimbingan paling tepat untuk membawa jiwa manusia meninggalkan keterpurukan menuju kebahagiaan.
Nabi tidak ingin membiarkan manusia berperilaku buruk. Sebab perilaku buruk inilah yang akan menjauhkan manusia dari berbagai kebaikan.
Manusia yang bertakwa dan memiliki jiwa yang akrab dengan kebaikan itulah yang dengan sendirinya akan mendapatkan kecintaan dan kehormatan dari masyarakat. Manusia dengan jiwa yang sehat, yang jiwanya hidup bersama keadilan, adalah manusia yang akan mendapatkan harta, kerabat dan kekuasaan tanpa melalui materi dan hawa nafsu. Ia mendapatkannya melalui pandangan batin masyarakat, yang menyaksiakan kelayakan dalam dirinya.
Wallahualam bishawab