Moral Metafisika Dalam Relasi Lahir dan Batin
sumber: https://id.pinterest.com/pin/309904018112429377/


Transformasi yang terjadi pada kosmos adalah suatu bentuk yang mengungkapkan bahwa Tuhan senantiasa bertajali secara terus menerus. Karenanya, diverensiasi terjadi begitu nyata yang menunjukkan bahwa pola-pola perubahan tersebut didasari oleh atribut-atribut Tuhan dalam aspek lahir dan batinnya.

Pada individu manusia kita menyadari adanya jiwa dan fisik; lahir dan batin. Jiwa yang berkarakter potensial menunjukkan sisi batin manusia mengalami berbagai macam variasi sebagai lokus manifestasi nama-nama. Sementara, pada segi lahir menunjukkan adanya ketetapan fisik yang tak berubah atau ditambah-tambahkan dimana subjek dapat dikenali bentuknya.

Hal ini mengisyaratkan bahwa pada diri manusia, dalam relasi lahir dan batin, terdapat kesinambungan antara variasi dan keteraturan. Sementara itu, jika memandang dari Ia (Tuhan) betajalli, maka dapat dilihat secara terbalik dimana dalam mengatribusikan nama-namanya menunjukkan esensi ketuhanan yang artinya segi lahirnya mengalami variasi, yang darinya, manifestasi pada batin manusia.

Sementara dalam segi batinnya, sebagai ketetapan, bermanifestasi dalam bentuk lahirnya manusia. Sebagaimana dalam ilustrasi cermin yang memantulkan bentuk tampak secara sebaliknya. Menunjukkan bahwa batin memiliki ketetapan sementara yang lahir mengalami variasi dan proses penyempurnaan secara terus menerus.

Dari segi inilah kita dapat memahami setidaknya bahwa posisi imajinal mengambil peran diantara relasi lahir batin bahwa apa yang disebut lahir dan batin di sini justru terjadi sebaliknya disana, sebuah indikasi kebangkitan imajinasi atau proses gerak persepsi manusia.

Perlu pula dicatat bahwa invidu manusia pada batinya sebagai lokus manifestasi dari nama-nama yang bervariasi adalah sebuah atribut tuhan dalam penyingkapan dirinya, yang artinya bahwa sejauh teraktualnya nama-nama tuhan dalam bentuk kesadaran perbuatan manusia maka sejauh itu pula tuhan menyingkap dirinya dalam kebaharuan melalui kehendak persepsi manusia.

Karenanya, perlu ketetapan pada segi lahir adalah isyarat bahwa manusia dalam mengaktualkan atribut ketuhanan perlu tatanan syariat yang diambil dari dirinya sendiri melalui imajinasi kenabian, artinya tatanan lahir menjadi lokus aktualisasi batin manusia dalam rangka meletakkan moral metafisik (Takhalluk), ditinjau dari sisi imanensi jiwa ke alam.

Sementara itu, jika ditinjau dari jiwa ke akal (imajinasi kebangkitan) maka ketetapan pada batin menjadi pusat kendali atau keteraturan dari transformasi lahir secara terus menerus yang mengalami bermacam variasi, karenanya gerak kesempurnaan dari lahir ke batin adalah suatu tuntutan penyucian jiwa agar supaya keragaman dalam segi lahir dapat mengarah pada ketarutar, sehingga keselarasan terjadi secara kosmik. Segala yang tampak lahir setelah sebelumnya  menemukan lokus pada syariat (jiwa ke alam) menjadi batin pada proses transendensinya (jiwa ke akal).